Pasar bebas seperti gurita raksasa, yang memangsa siapapun yang ada dihadapannya. Sistem ekonomi neoliberalisme yang memandang bahwa interaksi manusia hanya sekedar motif ekonomi (homooeconomicus). Dalam ekonomi neolib pula modal dibiarkan bergerak bebas tanpa batas. Kedigdayaannya yang hanya melahirkan segelintir yang kaya dan kesengsaraan di banyak tempat.
Berdasarkan rekaman sejarah, terdapat sejumlah alternatif pembangunan ekonomi di luar sistem kapitalisme-neoliberal. Pertama, adalah sistem sosialisme dimana ide dasarnya adalah menempatkan proses produksi dan pemasaran di bawah kontrol kelas pekerja. Dengan demikian, kelas pekerja tidak hanya menjual tenaga kerjanya tapi juga, menguasai dan mengontrol hasil kerjanya. Saat ini, sistem ekonomi sosialis beroperasi secara teorganisir di Kuba. Kedua, sistem ekonomi yang berwatak nasionalistik, Dalam sistem ini, pembangunan ekonomi nasional dibimbing, dikawal dan difasilitasi oleh negara agar tidak terempas oleh gelombang persaingan bebas. Korea Selatan di masa kediktatoran militer, Taiwan di masa kediktatoran Chiang Khai Shek, dan Iran di bawah rejim mullah adalah prototipe pembangunan ekonomi yang berwatak nasionalistik. Ketiga, sistem ekonomi yang berwatak populis. Dalam sistem ini, pemerintah yang berkuasa memberikan prioritas kepada sektor usaha kecil dan menengah di dalam negeri.
Bagaimana dengan Indonesia? Sistem apakah yang bisa menjadi alternatif di luar kapitalisme-neoliberal?. Marhanenisme muncul dalam slogan Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) dan Bung Hatta muncul dengan ide koperasi yang dianggapnya sesuai dengan ciri asli masyarakat Indonesia. Kedua ide pembangunan ekonomi ini menemui kegagalan. Ide Marhaenisme dilibas oleh gemuruh kapitalisme Orde Baru. Sementara ide koperasi diadopsi dan kemudian dimitoskan oleh rejim Orba. Bentuk ekonomi koperasi ditaruh di sangkar emas kekuasaan, tapi dibonsai di lapangan praktek.
Sebuah sistem sistem ekonomi alternatif memang hanya bisa dibuat dan diterapkan oleh sebuah sistem politik yang juga berkomitmen kuat untuk itu. Sebuah pemerintahan neoliberal, seperti SBY-JK, tentu saja tak bisa diharapkan. Mereka lebih mengutamakan pembangunan yang dihela oleh utang LN dan investasi asing.


Kini tak cukup lagi berteriak anti neoliberalisme/ anti kapitalisme. Lebih penting lagi "adakah alternatif di luar mekanisme pasar bebas?" Apa alternatif pembiayaan pembangunan pengganti utang luar negeri? Apa alternatif bagi penyehatan BUMN tanpa harus melakukan privatisasi? Ekonomi rakyat itu seperti apa sih? Apakah yang berbentuk koperasi ataukah ekonomi komunitas model masyarakat adat? Perspektif subsisten itu bagaimana? Pertanyaan-pertanyaan di atas yang akan ditelusuri dalam materi ini.

Posted in Label:

 
WE WILL GO DOWN